ilustrasi serangan nuklir (sumber wikipedia common)
Umat manusia sudah seharusnya cemas, bahkan harus takut, jika
perang nuklir adalah ancaman sangat serius bagi kelangsungan kehidupan di
planet bumi. Kepunahan spesies homo sapiens bahkan seluruh mahkluk hidup di
dunia bukan saja datang dari bencana alam skala raksasa, seperti mega tsunami karena
gempa diatas 9 richter, letusan gunung berapi serentak di sekeliling jagat,
atau hujan meteor seukuran kota New York. Tapi bisa jadi kepunahan massal
diakibatkan ulah manusia gila yang menekan tombol serangan nuklir pertama, lalu
diikuti pemimpin dunia labil lain yang membalas dengan serangan nuklir serupa,
maka PERANG DUNIA ke tiga sudah dimulai. Kita semua harus sadar bahwa sepertinya,
potensi terjadinya perang nuklir cukup meningkat. Kita tentu tak berharap ada “pemimpin
kurang waras” yang bermain-main dengan jarinya , menekan tombol nuklir, tak
perduli kehidupan di bumi bisa berakhir.
Dilansir dari Washington Post dan juga CNN, pada Senin (7/8/2017)
lalu, Korea Utara menyebut bahwa mereka akan melakukan pembalasan pada AS atas
kebijakan sanksi ekonomi PBB terhadap negara yang dipimpin Kim Jong-Un
tersebut. Korea Utara pun telah secara sukses memproduksi rudal balistik yang
berisi hulu ledak nuklir.
Menanggapi ancaman Korut, Presiden AS, Donald Trump, balik mengancam Korut, bahwa mereka akan "menghadapi api dan kemarahan dengan kekuatan yang nyata, kekuatan yang belum pernah ada di dunia ini sebelumnya."
Membaca dua paragraf di atas, tentu ketakutan akan terjadinya perang akan merebak. Meski para analis politik berkomentar bahwa AS maupun Korut belum akan melancarkan serangan untuk memecahkan perang, Kim Jong-Un telah mengancam untuk mengirim rudal ke Guam, tempat angkatan laut AS bermarkas.
Hal ini tak kita harapkan untuk terjadi. Namun jika benar, bagaimana kondisi Bumi nantinya?
Menanggapi ancaman Korut, Presiden AS, Donald Trump, balik mengancam Korut, bahwa mereka akan "menghadapi api dan kemarahan dengan kekuatan yang nyata, kekuatan yang belum pernah ada di dunia ini sebelumnya."
Membaca dua paragraf di atas, tentu ketakutan akan terjadinya perang akan merebak. Meski para analis politik berkomentar bahwa AS maupun Korut belum akan melancarkan serangan untuk memecahkan perang, Kim Jong-Un telah mengancam untuk mengirim rudal ke Guam, tempat angkatan laut AS bermarkas.
Hal ini tak kita harapkan untuk terjadi. Namun jika benar, bagaimana kondisi Bumi nantinya?
Sebuah laporan yang dibuat oleh para ilmuwan dari Oxford
University menyatakan bahwa perang nuklir adalah salah satu hal yang bisa
membawa dunia pada akhirnya. Sangat perlu digarisbawahi bahwa senjata nuklir memang
berpotensi besar untuk menghancurkan seluruh umat manusia. Hal ini disampaikan
oleh Piers Millet, parak biosecurity dari Future of Humanity Institute.
Tak cuma bisa memusnahkan umat manusia dalam hitungan detik, namun
yang tidak terkena dampak ledakan bisa terkena dampak radiasi. Dalam hal ini,
bahkan orang yang meninggal di detik pertama ledakan mungkin bsia jadi justru
orang yang “beruntung”. Karena hidup dengan paparan radiasi sungguh menyiksa.
Meski antara Korut dan AS belum terjadi, hal ini sudah jadi momok
dunia sejak tahun 1980an, di mana AS dan Uni Soviet bisa dengan mudah melakukan
perang nuklir.
Jika hal ini terjadi, kota besar dan hutan akan terbakar, asap akan membentuk awan yang memblokade sinar matahari masuk ke atmosfer Bumi. Partikel ini tak akan hilang meski 'dihujankan' ke Bumi selama bertahun-tahun.
Dalam skenario terburuk, diperkirakan 99 persen cahaya matahari akan terhalau untuk masuk ke Bumi dalam beberapa bulan. Tumbuhan tak bisa berfotosintesis, makanan untuk manusia dan hewan akan lenyap.
Jika hal ini terjadi, kota besar dan hutan akan terbakar, asap akan membentuk awan yang memblokade sinar matahari masuk ke atmosfer Bumi. Partikel ini tak akan hilang meski 'dihujankan' ke Bumi selama bertahun-tahun.
Dalam skenario terburuk, diperkirakan 99 persen cahaya matahari akan terhalau untuk masuk ke Bumi dalam beberapa bulan. Tumbuhan tak bisa berfotosintesis, makanan untuk manusia dan hewan akan lenyap.
Belum lagi suhu permukaan Bumi akan menurun dan membuat Bumi akan
lumpuh dalam temperatur yang dingin, sementara tanaman dan hewan akan binasa
dalam kegelapan.
Kondisi ini replika kecil dari kiamat yang disebabkan hujaman asteroid yang memusnahkan dinosaurus berjuta-juta tahun lalu.
Ketika bom-bom nuklir dijatuhkan, permukaan planet ini akan berubah selamanya. Selama 50 tahun, ketakutan akan hal itu terus membayang setiap saat.
Kondisi ini replika kecil dari kiamat yang disebabkan hujaman asteroid yang memusnahkan dinosaurus berjuta-juta tahun lalu.
Ketika bom-bom nuklir dijatuhkan, permukaan planet ini akan berubah selamanya. Selama 50 tahun, ketakutan akan hal itu terus membayang setiap saat.
Selama
itu dunia hidup dengan kesadaran bahwa kalau satu orang saja teledor menekan
tombol, maka terjadilah kiamat nuklir.
Sejak
runtuhnya Uni Soviet, kehancuran akibat nuklir seakan menjadi latar belakang
kisah film atau permainan. Padahal ancamannya belum benar-benar surut. Masih
ada banyak bom nuklir bertebaran. Para peneliti menjalankan rangkaian uji dan
simulasi untuk mengerti jalannya kehidupan setelah ledakan bom nuklir.
Seperti
dikutip dari listverse.com pada Selasa (27/6/2017), ada
segelintir manusia yang akan bertahan. Tapi kehidupan sesudah suatu perang
nuklir akan berubah sepenuhnya.
Berikut
ini rentetan peristiwa dan fenomena bila perang nuklir terjadi:
1. Turun Hujan Hitam Pekat
Beberapa
saat setelah ledakan bom atom, turun hujan lebat yang terdiri dari bulir-bulir
berminyak pekat berwarna kehitaman dan dapat membunuh manusia. Jadi bukan seperti
hujan air biasa yang membersihkan debu dan memadamkan api.
Di
Hiroshima, hujan hitam mulai turun sekitar 20 menit setelah bom meledak. Hujan
itu melingkupi daerah yang membentang 20 kilometer di seputar titik ledakan (ground
zero). Hujan itu mencemari dengan radiasi 100 kali lebih kuat daripada
kalau orang melangkah ke pusat ledakan.
Kota-kota
di sekitar Hiroshima terbakar hingga menyedot oksigen dari para korban yang
sudah sekarat karena kehausan. Karena amat kehausan, banyak korban yang membuka
mulutnya sambil menengadah ke langit untuk menampung hujan aneh itu.
Tapi
radiasi dalam cairan hujan itu cukup untuk membuat perubahan dalam darah
mereka. Dampak radiasi itu bahkan masih ada hingga sekarang di tempat kejadian.
2. Denyut Elektromagnetik Padamkan Daya
Listrik
ilustrasi listrik padam (Sumber Flickr)
Ketika
terjadi ledakan nuklir, muncullah denyut radiasi elektromagnetik yang
dapat mematikan sistem listrik atau bahkan semua jaringan listrik di seluruh
negeri.
Dalam
sebuah uji nuklir, denyut yang dihasilkan oleh ledakan bom atom sedemikian
kuatnya sehingga melumpuhkan lampu-lampu jalan, perangkat televisi, dan telepon
dalam rumah hingga jarak 1600 kilometer dari pusat ledakan.
Tapi
kerusakan tersebut sebenarnya bukan bagian dari rencana. Sejak saat itu, bom
atom dirancang untuk juga merusak kelistrikan dengan sengaja.
Jika
suatu bom dirancang untuk menyebar denyut elektromagnetik untuk berdampak pada
400 hingga 480 kilometer di suatu negara sebesar Amerika Serikat, maka jaringan
daya listrik di seluruh negeri akan lumpuh.
Jadi,
setelah ledakan bom, listrik akan padam. Kulkas-kulkas penyimpan makanan akan
mati dan data pada setiap komputer akan terhapus. Yang paling parah, fasilitas
penyulingan air bersih akan berhenti sehingga warga kehabisan pasokan air
bersih.
Diperkirakan
perlu kerja keras selama 6 bulan agar seluruh negeri kembali terhubung secara
daring dengan anggapan orang bekerja tanpa berbayar. Jadi, setelah ledakan,
kita perlu waktu cukup lama tanpa listrik dan air bersih.
3. Kabut Asap Halangi Sinar Matahari
Ilustrasi langit gelap gulita. (Sumber Flickr)
Segala
sesuatu di sekitar pusat ledakan akan diterpa energi amat kuat dan menyala.
Semua yang bisa terbakar akan terbakar, termasuk bangunan, hutan, plastik, dan
bahkan aspal jalan raya.
Tempat-tempat
penyulingan minyak, yang menjadi salah satu sasaran utama dalam Perang
Dingin, akan meletup dalam kobaran api. Api yang melingkupi setiap sasaran bom
nuklir akan menghasilkan asap jelaga yang beracun.
Muncullah
awan asap pada 15 meter di atas permukaan Bumi. Ukuran awan itupun semakin
membesar sambil melarung dihembus angin hingga menutupi seluruh permukaan
planet dan menghalangi pemandangan ke langit.
Selama
beberapa tahun pertama, ketika kita melangkah ke luar rumah, maka matahari
tidak terlihat bersinar. Yang tampak hanyalah awan-awan hitam yang menghalangi
cahaya.
Sukar
meramalkan lamanya awan itu bergantung di langit hingga akhirnya tersingkir dan
kita melihat lagi langit yang biru. Tapi, dalam kiamat nuklir sepenuhnya,
langit biru diduga baru terlihat 30 tahun kemudian.
4. Terlalu Dingin Untuk Menanam Pangan
Ilustrasi tanaman yang membeku. (sumber Pixabay)
Ketika
matahari terhalang, suhu udara pun berkurang dan tergantung dari jumlah bom
atom yang meledak, dampaknya bisa luar biasa. Dalam kasus ekstrem, suhu global
diperkirakan bisa anjlok sebesar 20 derajat Celcius.
Jika
terjadi kiamat nuklir total, maka tahun pertama setelah ledakan akan
berlangsung tanpa musim panas. Suhu udara saat masa cocok tanam juga lebih
seperti musim dingin sehingga secara praktis tidak mungkin menanam tanaman
pangan.
Hewan-hewan
di seluruh dunia akan mati kelaparan dan sayur-sayuran menjadi layu hingga
mati. Tapi, itu belumlah awal jaman es baru. Selama 5 tahun sesudahnya,
kebekuan yang mematikan mengganggu musim tanam yang menjadi 1 bulan lebih
pendek.
Secara
perlahan, semua itu akan pulih dan suhu udara kembali normal setelah 25 tahun.
Kehidupan terus berlanjut jika kita bisa menyintas cukup lama untuk
mengalaminya lagi.
5. Sobeknya Lapisan Ozon
Ilustrasi lobang ozon di stratosfer Bumi pada 17 September 2001. (Sumber Wikimedia Commons)
Kehidupan sesudah ledakan bom atom tidak bisa
seluruhnya kembali normal. Setahun setelah hantaman bom, beberapa proses yang
diakibatkan oleh atmosfer yang tercemar mulai melubangi lapisan ozon. Hal itu
akan menjadi petaka.
Dengan
ledakan nuklir kecil setara dengan 0,03 persen seluruh arsenal nuklir dunia pun
diduga dapat merusak sekitar 50 persen lapisan ozon. Dunia pun dihujam terpaan
sinar ultra ungu (ultraviolet, UV).
Tanaman-tanaman
di seluruh dunia akan mati dan setiap bentuk kehidupan yang berhasil menyintas
akan berjuang menghadapi mutasi DNA mereka. Bahkan, tanaman yang paling kebal
pun menjadi lebih lemah, lebih kecil, dan semakin sulit melakukan reproduksi.
Ketika
langit kembali cerah dan dunia kembali menghangat, pertanian tanaman pangan
menjadi amat sulit dilakukan. Keseluruhan lahan pertanian akan mati ketika
orang mencoba menanam tanaman pangan dan para petani yang terlalu lama berada
di bawah matahari akan meninggal karena kanker kulit.
6. Miliaran Orang Kelaparan
Dalam
kiamat nuklir sepenuhnya, perlu sekitar 5 tahun hingga orang bisa lagi menanam
makanan dalam jumlah cukup. Seperti telah dijelaskan, suhu rendah, kebekuan,
dan radiasi ganas sinar UV menyebabkan hanya sedikit tanaman pertanian yang
mampu menyintas hingga bisa dipanen.
Miliaran
orang akan mati kelaparan. Mereka yang mempu menyintas harus mencari cara mendapatkan
makanan dan itu bukanlah tugas yang gampang.
Mereka
yang tinggal dekat samudra mungkin memiliki kesempatan yang sedikit lebih baik
karena lautan menjadi dingin secara lebih perlahan, walaupun kehidupan di
lautan tetap akan langka.
Kegelapan
akibat sinar matahari yang terhalang akan membunuh plankton, yaitu sumber utama
makanan yang menjaga kelangsungan kehidupan dalam laut.
Polusi
radioaktif melonjak pesat dalam air sehingga mengurangi bentuk kehidupan dan
membahayakan apapun yang dikail untuk dimakan.
Kebanyakan
penyintas tidak akan bertahan lebih dari 5 tahun pertama. Pangan akan menjadi
sangat langka, persaingan pun amat ganas dan sebagian besar manusia akan gugur.
7. Makanan Kemasan yang Aman
Ilustrasi makanan kaleng. (Sumber Pixabay)
Salah
satu cara orang bertahan selama 5 tahun pertama adalah dengan adanya makanan
kemasan, baik dalm botol maupun kaleng. Memang seperti kisah fiksi, tapi
makanan yang disimpan secara kedap akan tetap aman dimakan setelah terjadinya
kiamat nuklir.
Para
peneliti melakukan eksperimen dengan menempatkan bir dan soda dalam botol dekat
ledakan nuklir. Botol-botol itu kemudian berlumuran lapisan radiasi tebal di
bagian luar, tapi isinya masih aman.
Hanya
minuman-minuman yang amat dekat dengan pusat ledakan lah yang menjadi
radioaktif, tapi radiasi itu pun tidak cukup mampu untuk membunuh seseorang.
Makanan
kalengan juga diduga akan tetap aman seperti halnya minuman botolan. Air yang
ada jauh di dalam tanah juga diduga akan tetap aman untuk diminum. Jadi,
pergulatan penyintasan nantinya adalah perebutan kendali atas sumur-sumur di
pedalaman dan makanan kaleng.
8. Resapan Radiasi Kimia dalam Tulang
Ilustrasi kanker tulang pada tengkorak manusia. (Sumber Wikimedia Commons)
Sekalipun
makanan cukup tersedia, para penyintas harus berjuang melawan merebaknya
kanker. Segera setelah bom meledak, partikel-partikel radioaktif akan
berhamburan ke langit dan jatuh ke seluruh dunia.
Ketika
mendarat, partikel itu amat kecil dan menyebar sehingga kita tidak bisa
melihatnya. Tapi partikel-partikel itu masih mampu membunuh kita.
Salah
satu zat yang menyebar adalah strontium-90 yang, ketika dihirup atau tertelan,
akan mengelabui tubuh manusia seakan sebagai kalsium. Tubuh manusia segera
mengirim zat kimia beracun itu ke dalam sum-sum tulang dan gigi. Korban pun
diserang kanker tulang karenanya.
Penyintasan
menghadapi partikel-partikel radioaktif bukanlah masalah keberuntungan. Belum
sepenuhnya jelas seberapa lama partikel-partikel itu akan meluruh.
Tapi,
jika meluruh dalam waktu yang cukup lama, kita mungkin bisa menyintas. Jika
perlu 2 waktu hingga partikelnya meluruh, maka sifat radioaktif zat itu akan turun
1000 kali lipat sehingga kita bisa melewati masa waktu tersebut.
Angka
penderita kanker akan bertambah, rentang usia akan berkurang, dan cacat
kelahiran menjadi semakin lazim. Tapi, manusia belum akan musnah.
9. Hadirnya Badai Besar
Dalam
waktu 2 atau 3 tahun setelah kegelapan yang membeku, diduga akan muncul serbuan
badai bertubi-tubi yang belum pernah kita alami sebelumnya.
Debu
yang terhambur ke stratosfer bukan sekadar menghalangi matahari tapi juga
berdampak pada cuaca karena mengubah cara pembentukan awan yang menjadi semakin
efisien dalam menghasilkan hujan.
Sebelum
kembali normal, kita mengalami hujan yang hampir terus menerus ke Bumi dalam
bentuk badai ganas.
Walaupun
suhu Bumi anjlok ke musim dingin nuklir, lautan perlu lebih lama untuk menjadi
dingin dan secara relatif masih tetap hangat. Dengan demikian terbentuklah
badai-badai ganas sepanjang tepi samudra. Topan akan melanda pantai-pantai
dunia selama bertahun-tahun.
10. Manusia Akan Menyintas
Pripyat, Ukraine, Chernobyl, yang terbengkalai setelah bencana ledakan PLTN. (Sumber Pixabay)
Miliaran orang akan meninggal dalam kiamat
nuklir. Diperkirakan sekitar 500 juta orang segera meninggal dalam ledakan.
Beberapa miliar orang akan mati kelaparan atau kedinginan selagi bertahan hidup
dalam dunia yang baru.
Tapi
ada alasan kuat bahwa segelintir orang yang tahan banting akan berhasil
melewatinya. Tidak banyak, tapi masih lebih baik daripada cara pandang biasanya
tentang kiamat nuklir.
Pada
1980, para ilmuwan hampir secara konsensus berpandangan bahwa keseluruhan
planet ini akan musnah. Tapi, sekarang ini, muncul secercah harapan bahwa ada
segelintir manusia yang akan bertahan.
Setelah
25 hingga 30 tahun, awan-awan akan jernih lagi, suhu kembali normal, dan
kehidupan bisa mulai lagi. Tanaman akan mulai tumbuh walau tidak serimbun
sebelumnya.
Tapi,
setelah beberapa dekade, dunia akan tampak seperti Chernobyl modern, yang
memiliki hutan lebat menyelimuti reruntuhan kota mati. Kehidupan berjalan terus
dan manusia akan membangun lagi, tapi dunia tidak akan pernah sama lagi.
Semoga
bencana perang nuklir tidak terjadi. Seluruh dunia harus bersatu menghapuskan
semua arsenal nuklir mereka agar penduduk bumi tak selalu waswas datangnya
pemimpin..sekali lagi pemimpin negara yang tidak waras!
No comments:
Post a Comment